Richard Heinberg
Lima Aksioma dari Konsep Keberlanjutan
Sebagai kontribusi pada perbaikan konsep ini, saya membuat
lima aksioma (self-evident truths)
dari konsep keberlanjutan. Tujuan saya sederhana, yakni menyaring ide-ide yang
sudah diajukan sebelumnya dan menyampaikannya dengan ringkas dan mudah dipahami.
Dalam memformulasikan aksioma tersebut, saya mempunyai
kriteria sebagai berikut:
-
Untuk
disebut sebagai aksioma, sebuah pernyataan harus mampu diuji menggunakan metode
ilmiah.
-
Secara
kolektif, satu rangkaian aksioma bermaksud menjelaskan keberlanjutan seminimal
mungkin (tanpa melebih-lebihkan).
-
Pada
saat bersamaan, aksioma harus mencukupi, tanpa membuat keraguan yang besar.
-
Aksioma
harus dikatakan dalam kata-kata yang mudah dimengerti orang awam.
Berikut aksioma-aksioma yang diikuti dengan diskusi singkat
di setiap poinnya:
Aksioma Pertama
Setiap masyarakat yang melanjutkan penggunan sumberdaya
kritis yang tak-berkelanjutan akan runtuh.
Pengecualian: Masyarakat bisa menghindarinya dengan mencari
sumber daya pengganti.
Batas pengecualian: dalam dunia yang terbatas, jumlah pengganti
yang memungkinkan juga terbatas.
Arkeolog Joseph Tainter, dalam studi klasiknya The Collapse
of Complex Societies (1988), mendemonstrasikan bahwa keruntuhan selalu berkala,
jika bukan takdir universal dari masyarakat kompleks dan mengatakan bahwa keruntuhan
adalah hasil akibat menolak mengusahakan kembali peningkatan tingkat kompleksitas
kemasyarakat menggunakan energi yang dihasilkan lingkungan. Buku populer
karangan Jared Diamond Collapse: How Societies Choose To Fail Or Succed
(2005) mengatakan argumen yang serupa bahwa keruntuhan adalah takdir umum
masyarakat yang mengabaikan desakan soal energi.
Aksioma ini menjelaskan ‘keberlanjutan’ melalui dampak dari pengabaiannya
–hingga akhirnya, runtuh. Tainter menjelaskan keruntuhan sebagai reduksi dalam
kompleksitas sosial –yang, menekan masyarakat mengenai ukuran populasinya,
kecanggihan teknologi, tingkat konsumsi, dan keragaman dalam peran sosialnya.
Secara sejarah, keruntuhan kadang kala berarti penolakan yang mendalam masyarakat
yang dibawa oleh kekacauan, perang, wabah, ataupun paceklik. Bagaimanapun,
keruntuhan juga bisa terjadi secara bertahap dalam beberapa dekade atau abad.
Juga ada kemungkinan teoritis yang mengatakan bahwa masyarakat mampu memilih
untuk mengurangi kompleksitas ini dalam kebiasaan yang terkontrol secara bertahap.
Saat bisa dikatakan bahwa masyarakat mampu memilih untuk
berubah ketimbang runtuh, satu-satunya pilihan yang akan mempengaruhi hasil
secara substantif adalah memangkas penggunaan sumberdaya kritis yang
tak-berkelanjutan atau mencari sumber daya pengganti.
Automobilized Horse. (sumber: crudeoilpeak.info) |
Masyarakat yang menggunakan sumber daya berkelanjutan mungkin
runtuh dengan alasan lain, melalui kontrol masyarakat (sebagai hasil dari
bencana alam yang membinasakannya atau penaklukan dari golongan lain yang lebih
agresif), jadi tidak bisa dikatakan bahwa sebuah masyarakat yang berkelanjutan kebal
terhadap keruntuhan kecuali seluruh kondisi untuk keberlanjutan terpenuhi.
Aksioma pertama ini fokus terhadap konsumsi sumber daya karena ini menentukan
ketahanan hidup masyarakat dalam jangka panjang secara menentu, kuantitif, dan
mendasar.
Pertanyaan mengenai apa yang membuat penggunaan sumber daya
dikatakan berkelanjutan atau tidak akan dijelaskan pada aksioma tiga dan empat.
Sumberdaya kritis adalah yang terpenting dalam memelihara
kehidupan dan dasar fungsi sosial –termasuk (tapi tidak terbatas pada) air dan
sumberdaya lain yang dibutuhkan untuk memproduksi makanan dan energi yang
berguna.
‘Pengecualian’ dan ‘batas pengecualian’ aksioma pertama
mengarah pada argumen umum dari pakar ekonomi pasar bebas bahwa sumber daya
alternatif tersebut terbatas adanya, dan bahwa masyarakat modern yang
dikendalikan pasar ini perlu dicegah untuk menghadapi krisis sumber daya, meskipun
tingkat konsumsi mereka terus menanjak. Secara singkat, sumber daya pengganti menjadi
siap tersedia dan bahkan lebih superior, seperti dalam kasus pertengahan abad
19 saat kerosene dari petroleum menggantikan minyak paus sebagai bahan bakar
lampu. Dalam kasus lain, pergantian malah lebih buruk, seperti pergantian
minyak pasir (oil sands) sebagai pengganti
petroleum konvensional, padahal minyak pasir tersebut kerapatan energinya
rendah, membutuhkan lebih banyak energi untuk memprosesnya, dan menghasilkan
lebih banyak emisi karbon. Seiring waktu berganti, masyarakat akan memilih
untuk menghabiskan sumber daya pengganti terlebih dahulu yang lebih besar dan
mudah didapat, hingga keduanya ekuivalen, dan secara berangsur akan tergantung
kepada pengganti yang lebih buruk tersebut untuk mengganti sumber daya yang
mulai habis –kecuali kalau mereka memeriksa tingkat konsumsi mereka sendiri.
Aksioma Kedua
Pertumbuhan populasi dan/atau pertumbuhan dalam tingkat
konsumsi sumber daya tidak dapat terus-menerus.
Pertumbuhan populasi
manusia terus menanjak hingga saat ini. Bagaimana kita bisa yakin ini bisa berhenti
di masa depan yang tak tentu? Aritmetika sederhana bisa digunakan untuk
menunjukkan bahwa dengan pertumbuhan yang kecil sekalipun, jika berlanjut, akan
menambahkan dengan besaran tak terkira –dan tak bisa didukung lagi dengan perencanaan—
terhadap ukuran populasi dan tingkat konsumsi. Contohnya, 1 persen tingkat pertumbuhan
populasi manusia saat ini (pertumbuhan yang aktual terjadi sudah melebihinya)
akan menghasilkan dua kali lipat populasi pada 70 tahun mendatang. Maka, Bumi pada
tahun 2075 akan menjadi rumah bagi 13 milyar manusia; pada 2145, akan menjadi
26 milyar; dan seterusnya. Di tahun 3050, setiap orang akan mendapatkan satu
meter persegi permukaan bumi (termasuk gunung dan gurun). Kelihatannya, tidak
ada yang menyangka keadaan ini –dalam beberapa poin, populasi manusia akan turun. Mirip dengan perhitungan
yang diaplikasikan untuk tingkat konsumsi.
0 komentar:
Posting Komentar