Aku....
Jika aku.... Apa itu aku.....
Sebelum
aku menyebut diriku dengan ‘aku’, maka beberapa hal harus dipertimbangkan. Kata
‘aku’ sejauh ini hanya dipakai oleh manusia. Bukan sebagai sekedar penunjuk ‘subyek’
saja, namun ‘subyek yang berkuasa’ atas dirinya sendiri. Bagaimana dengan
kucing? Apa kucing yang berkaki empat dan sedang berbicara ini berhak untuk
memanggil dirinya ‘aku’?
Coba
kau lihat, ‘aku’ dipakai oleh manusia, tapi hanya beberapa saja di antara mereka.
Perempuan, buruh, menyebut dirinya sebagai ‘kami’. Hillary Clinton lebih banyak
memakai kata ‘kami’. Anak kecil biasa menyebut diri mereka sendiri dengan nama
mereka, “Rafi”, “Anggi”, “Tito”, dan seterusnya. Masyarakat Hindia Belanda,
lihatlah mereka menggunakan kata ‘kami’ saat masih dijajah. Barulah setelah
merdeka perbincangan dengan kata ‘kami’ perlahan menghilang. Mereka yang
memakai kata ‘kami’ adalah manusia yang masih tidak mampu kekuatan atas dirinya
sendiri, membuat keputusan sendiri, biasanya adalah mereka yang juga
dipinggirkan.
Tapi
Donald Trump banyak memakai ‘Aku’. Dia berkuasa atas dirinya sendiri dan berhak
menguasai yang lain.
Lalu,
kucing kampung ini sedang meminta diri tanpa ijin untuk memanggil dirinya
sendiri sebagai ‘aku’. Bukan tanpa alasan: mataku sudah buta satu, badanku
penuh goresan, sebagian badanku botak karena luka perkelahian. Aku berhak
mengatakan ‘aku’, karena telah banyak pertarungan yang telah kumenangkan dan
kadang berakhir kekalahan. Aku tak akan mengatakan ‘kami’, seperti para manusia
dekaden itu. Lagipula aku bukan makhluk sosial.
![]() |
Garfield |
Bukan
aku kucing yang pertama kali mengatakan aku, Garfield, si kucing borjuis
pemalas itu yang memberanikan diri menamakan dirinya ‘aku’. Meski dia masih
meong-meong untuk minta sereal susu ke majikannya. Aku lebih suka Felix, dia jauh lebih lincah dan independent, menari-nari dengan pacarnya di dekat tong sampah. Namun dia juga jarang menamai dirinya 'aku'. Lihatlah Tom, kucing rendah
hati, lebih banyak diam dan tidak mengatakan apa-apa, sebab jangankan punya
kuasa memanggil ‘aku’, bahkan ketergantungannya pada manusia membuatnya tidak
berhak untuk bicara.
Aku
yang lebih berhak dari Garfield, aku mencari makan di tong sampah, aku
menentukan wanita yang akan kukawini, bertengkar hingga robek kulit di perutku
dengan kekasihnya yang dahulu. Dan untuk Tom, lebih baik kau kabur dari tikus
jelek bernama Jerry itu dan hidup di jalanan, asal jangan bergerombol seperti
kucing-kucing bodoh yang ada di perempatan. Mereka adalah gerombolan.
Hiduplah sepertiku, Tom dan kucing-kucing lain. Lihatlah saudara tua kita. Simba, Alex Madagascar, hingga Hobbes (teman Calvin), spesies kucing besar yang sudah berani memakai kata ‘aku’. Kapan kiranya kucing seperti kita bisa seperti mereka. Mereka adalah masa depan kita.
Hiduplah sepertiku, Tom dan kucing-kucing lain. Lihatlah saudara tua kita. Simba, Alex Madagascar, hingga Hobbes (teman Calvin), spesies kucing besar yang sudah berani memakai kata ‘aku’. Kapan kiranya kucing seperti kita bisa seperti mereka. Mereka adalah masa depan kita.