Sejak
awal melihat acara smackdown (dulu ditayangkan di Lativi), saya heran bagaimana
para pemain gulat bertubuh kekar itu terjatuh beberapa kali tanpa cedera. Ringnya
memang empuk, semacam ada pegas di bawahnya, namun saya rasa dibanting oleh
orang bertinggi 7 kaki semacam Big Show akan sakit tidak peduli di manapun anda
dibanting. Kemungkinan terbaik dari keheranan saya ini adalah mereka sudah
berlatih untuk adegan ini.
Sekalipun
pegulat sudah berlatih, namun bukan berarti terhindar dari resiko cedera. Randy
Orton mengalami cedera bahu dan absen beberapa bulan pada tahun 2002. Blue
Blazer (pegulat bertopeng yang menggunakan blazer biru saat memasuki arena) tewas
setelah jatuh dari ketinggian 15 meter saat bergelantungan pada tali yang kemudian
putus. Resiko-resiko ini harus dihadapi oleh para pegulat hanya untuk melakukan
sandiwara di atas ring.
Gulat
bukanlah olahraga, karena pertandingan gulat lebih merupakan sandiwara. Lebih
jelas lagi, gulat adalah sandiwara yang menggunakan instrumen olahraga. Adegan
banting-membanting dan kepalan tangan digunakan sudah terskenario sebagai satu
kesatuan sandiwara. Mungkin, ini yang menyebabkan Dwayne “The Rock” Johnson
bisa meniti karir sebagai aktor film. Dia sudah terbiasa berakting di panggung
sandiwara gulat, paling tidak menjadi aktor film tidak membutuhkan banyak
keringat.
Dalam
pertandingan gulat, skenario sudah disiapkan dan setiap pegulat mempunyai
karakternya masing-masing. Penonton tidak perlu menebak-nebak bagaimana
karakter pegulat, karena itu bisa dilihat dari namanya. Rey Mysterio, dia
adalah pegulat dengan tubuh terkecil, 1,68 meter dan mempunyai gerakan lincah
akrobatik. Sesuai dengan namanya, dia memakai topeng untuk menimbulkan kesan
misterius. Big Show, mempunyai tinggi 2 meter lebih dan berbobot 193 kg. Jika
anda ingin merasakan rasanya ditindih olehnya, suruh empat orang teman anda
duduk di atas badan anda. Tubuh dan aksesoris pegulat menjadi obyek untuk
memunculkan nama atau julukan pada beberapa pegulat. Setiap pegulat akan
mempunyai ciri khas demi menciptakan citra dan karakter untuk membedakannya
dengan pegulat lain. Kedudukan, pukulan andalan, bentuk tubuh, dan aksesoris
akan menjadi ciri khas dari setiap pegulat.
Saya masih ingat
Vince Mc Mahon, chairman WWE (World Wrestling Entertainment) selalu muncul
dengan karakter pemilik yang angkuh dan sewenang-wenang. Kata-kata andalannya
adalah “You’re fired,” untuk pegulat yang tidak disukainya. Vince Mc Mahon di
sini bertugas menimbulkan citra bos yang egois –egois dan sewenang-wenang
adalah citra bos secara umum. Lalu The Rock yang memakai pelindung berwarna
hitam di kedua sikunya. Boogeyman, ditampilkan sebagai pria bercat dan berpakaian
bulu, suka makan cacing. Yang paling
jadi favorit adalah John Cena, dia memakai celana pendek di bawah lutut yang
sempat ditiru sebagai style pada celana seragam SMP semasa saya, hehe.
Pencitraan tanpa
enigma juga terlihat saat pegulat dalam kuncian badan lawan. Mereka biasa
mengerang kesakitan sambil menepuk-nepuk ring tanda tidak kuat menahan derita. Pada
saat lawannya terkunci dan dinyatakan kalah, pemenang juga melakukan gaya yang dilebih-lebihkan.
Randy Orton biasa naik di sudut ring merentangkan tangannya dengan dagu
terangkat dan raut wajah bangga sekaligus sombong. The Rock, biasa mengitari
lawan dan menatap penderitaan lawannya akibat sikutnya yang menusuk dada.
Roland Barthes
dalam bukunya Mitologi, membahas tentang jelasnya pencitraan dalam gulat.
Baginya, penonton mempunyai kepuasan tersendiri saat melihat pegulat jatuh
tersungkur. Kepasrahan saat jatuh dan raut wajah penderitaan yang jelas
tergambar merupakan prototipe kejadian di dunia nyata. Dia mengatakan bahwa
gulat adalah pertunjukan besar mengenai suffering
(penderitaan), defeat (kekalahan),
dan fairness (keadilan). Untuk
menemukan ketiga aspek utama yang ditampilkan ini, penonton disajikan gerakan,
raut muka, nada bicara yang sejelas-jelasnya dari pemerannya. Pegulat biasanya
berteriak, sempoyongan, dan memegangi bagian tubuh yang sakit untuk menunjukkan
penderitaan. Untuk kekalahan, mereka tergeletak tanpa gerakan sedikitpun
setelah menerima pukulan andalan dari lawan. Dan untuk keadilan, para penonton
biasanya menghendaki ketika ada pertukaran pukulan yang setimpal dari
masing-masing pegulat, banting dibalas banting, kepalan dibalas kepalan, sikut
dibalas sikut, dsb. Mereka juga begitu antusias ketika seorang pengecut yang
dengan sengaja membawa sejata (kursi, pentungan, dan tangga besi) untuk dihukum
dengan dihabisi hingga tak berdaya.
Sama halnya
dengan gulat, saya rasa video porno juga mempertontonkan citra tanpa enigma
sesuai karakternya. Teriakan dan penderitaan dalam gulat bisa disamakan dengan
desahan dan geliat tubuh aktris porno. Aktris porno Jepang dengan sengaja
mengeluarkan suara desahan karena kenikmatan berhubungan intim. Mereka juga
dengan nyata yang menunjukkan kesakitan dan kenikmatan sekaligus dengan berteriak
saat orgasme. Hal ini sesuai menurut Freud, saat orgasme adalah saat perubahan
dari penderitaan menuju pelepasan kenikmatan.
Jika dilihat
dari video porno pada umumnya, kita akhirnya bisa mengkritik video porno yang
pernah mengguncang dunia entertainment Indonesia. Pelakunya adalah Ariel
Peterpan dan Luna Maya. Kedua pemain dalam video itu masih belum menampilkan
apa yang dirasakan. Luna Maya hanya diam tanpa desahan, Ariel juga hampir tanpa
ekspresi saat melakukan hubungan intim. Penonton dibiarkan dalam ambiguitas tentang
apa yang dirasakannya. Ini diperparah dengan kualitas video yang menunjukkan
pixel density yang rendah. Saya setuju dengan Arys Aditya, jika mereka berdua
berniat membuat film porno mereka harus lebih menarik. Mereka masih belum bisa mengajak
penonton untuk berfantasi membayangkan apa yang mereka rasakan.
Kita tidak akan
bisa berharap melihat ekspresi dari pemain gulat dan porno pada dunia nyata,
karena pada dasarnya mereka hanya melebih-lebihkan. Tujuan mereka berekspresi
demikian adalah semata-mata membuat penonton mengerti. Ekspresi yang berlebihan
dapat menggambarkan hasrat yang ingin ditampilkan sesuai skenario menjadi lebih
jelas. Para kru dan sutradara akan merasa sukses apabila setiap adegan yang
ditampilkan dapat dipahami oleh penonton tanpa menimbulkan pertanyaan.
0 komentar:
Posting Komentar